Beranda | Artikel
Keutamaan Shalat
Rabu, 2 Oktober 2019

Bersama Pemateri :
Syaikh `Abdurrazzaq bin `Abdil Muhsin Al-Badr

Keutamaan Shalat adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Kifayatul Muta’abbid wa Tuhfatul Mutazahhid. Pembahasan ini disampaikan oleh Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr pada 16 Muharram 1441 H / 16 September 2019 M.

Pembahasan halaman ke-20 pada kitab Kifayatul Muta’abbid wa Tuhfatul Mutazahhid.

Kajian Ilmiah Tentang Keutamaan Shalat

Kita telah sampai pada perkataan pengarang kitab ini Rahimahullah, Ma’dan bin Abi Thalhah meriwayatkan:

لَقِيتُ ثَوْبَانَ مَوْلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَقُلْتُ : أَخْبِرْنِي بِعَمَلٍ أَعْمَلُهُ يُدْخِلُنِي اللَّهُ بِهِ الْجَنَّةَ ؟ أَوْ قَالَ قُلْتُ : بِأَحَبِّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ ، فَسَكَتَ . ثُمَّ سَأَلْتُهُ فَسَكَتَ . ثُمَّ سَأَلْتُهُ الثَّالِثَةَ فَقَالَ : سَأَلْتُ عَنْ ذَلِكَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَقَالَ : عَلَيْكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ لِلَّهِ ، فَإِنَّكَ لَا تَسْجُدُ لِلَّهِ سَجْدَةً ، إِلَّا رَفَعَكَ اللَّهُ بِهَا دَرَجَةً ، وَحَطَّ عَنْكَ بِهَا خَطِيئَةً

Bahwasanya beliau bertemu dengan Tsauban (budak Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam), maka ia pun mengatakan: “Kabarkan kepadaku tentang amalan yang dapat memasukkan aku ke dalam surga” atau “beritahukan kepadaku amalan apa yang paling dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.” Maka Tsauban pun terdiam. Kemudian aku bertanya lagi dan dia masih terdiam. Dan aku bertanya lagi untuk ketiga kalinya kemudian dia mengatakan, “aku pernah menanyakan hal ini kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, maka beliau bersabda: “Hendaklah engkau memperbanyak sujud kepada Allah Ta’ala, karena tidaklah engkau bersujud sekali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala kecuali Allah akan mengangkat derajatmu satu derajat dan Allah akan menghapus satu kesalahanmu.

Ma’dan kemudian berkata, “Kemudian aku bertemu dengan sahabat Abu Darda dan aku pun bertanya kepadanya, maka beliau mengatakan seperti apa yang dikatakan oleh sahabat Tsauban Radhiyallahu ‘Anhu.” (HR. Muslim)

Hadits ini menjelaskan kepada kita semangatnya para salaf untuk mengetahui pintu-pintu kebaikan dan semangat mereka untuk mengetahui keutamaan-keutamaan suatu amalan. Dahulu para sahabat Radhiyallahu ‘Anhum mereka sangat bersemangat untuk mempelajari ilmu ini dan mereka banyak bertanya disebabkan semangat mereka untuk beramal dan mendapatkan pahalanya. Juga mereka bersemangat untuk mengetahui ibadah apa saja yang paling utama dan paling dicintai oleh Allah Tabaraka wa Ta’ala. Oleh karena itu pertanyaan-pertanyaan seperti ini sangat banyak sekali kita dapatkan yang menunjukkan antusiasnya para salaf untuk mengetahui perkara yang agung ini.

Dan Ma’dan mengulang-ulang pertanyaannya. Ini menunjukkan semangat beliau untuk mengetahui perkara ini. Adapun diamnya sahabat Tsauban dan ia tidak langsung menjawab pertanyaan Ma’dan, menunjukkan ini adalah perkara yang besar atau menunjukkan ia ingin membuat dia menunggu jawaban dari beliau.

Keutamaan Memperbanyak Sujud

Sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Hendaklah engkau memperbanyak sujud kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena sesungguhnya tidaklah engkau bersujud kepada Allah dengan satu sujud kecuali Allah akan mengangkat derajatmu dengan sujud tersebut dan menghapuskan dengannya satu kesalahan.”

Dalam hadits ini ada bukti bahwa bersujud kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah salah satu amalan yang paling dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bahkan kondisi paling dekatnya seorang hamba kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yaitu ketika dia bersujud. Sebagaimana dalam hadits yang lain disebutkan:

أَقْرَبُ مَا يَكُونُ العَبْدُ مِن ربِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ

“Paling dekatnya seorang hamba dengan Rabbnya yaitu ketika dia bersujud.” (HR. Muslim)

Dan ini juga ditunjukkan oleh Al-Qur’an, diakhir surat Iqra’ Allah berfirman:

وَاسْجُدْ وَاقْتَرِب

Dan sujudlah dan mendekatlah.” (QS. Al-Alaq[96]: 19)

Karena sujud adalah posisi seseorang menghinakan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena tanah adalah sesuatu yang dihinakan dan diinjak dengan kaki. Maka ketika seorang muslim meletakkan anggota badannya yang paling mulia yaitu dahi dan hidungnya di atas tanah, ini menunjukkan ia menghinakan diri dan menundukkan diri dihadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan dengan ketundukan ini seseorang akan mendapatkan pahala yang besar dan kedekatan dengan Allah ‘Azza wa Jalla.

Beliau menceritakan bahwasanya beliau pernah mendengar kisah masuk Islamnya seseorang yang kisahnya sangat menakjubkan. Yaitu orang tersebut melihat sekelompok kaum muslimin sedang shalat dan ketika orang tersebut melihat mereka sujud dan meletakkan dahi-dahi mereka di atas tanah dengan penuh ketundukan ia berkata dalam hatinya, “Sungguh mengherankan perkara orang-orang tersebut, dahi yang merupakan anggota badan yang paling mulia tidak mungkin diletakkan di atas tanah dengan cara seperti ini kecuali kepada Dzat yang berhak untuk mendapatkan hal tersebut.” Kemudian ketika mereka selesai shalat, orang itu pun bertanya kepada mereka, “Untuk siapa kalian letakkan dahi-dahi kalian di atas tanah seperti ini?” Maka orang-orang yang shalat tersebut pun menceritakan dan memperkenalkan tentang Allah Subhanahu wa Ta’ala, tentang agama Islam dan ia pun masuk Islam.

Maka dari sini kita ketahui bahwasanya posisi sujud adalah posisi yang agung. Yaitu kita meletakkan atau kita menghinakan diri dan menundukkan diri dihadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan posisi tersebut adalah posisi paling dekat seseorang dengan Rabbnya ‘Azza wa Jalla.

Oleh karena itu Nabi kita Sallallahu ‘Alaihi wa Sallam menganjurkan kita untuk memanfaatkan kesempatan yang penuh berkah ini, kesempatan kita bersujud, dekat dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk memperbanyak do’a dan permintaan kita kepadaNya.

Meminta Agar Bersama Di Surga

Kemudian penulis kitab ini Rahimahullah mengatakan: Dan Rabi’ah bin Ka’ab Al-Aslami Radhiyallahu ‘Anhu meriwayatkan, “Aku pernah bermalam di rumah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Kemudian akupun membawakan wudhunya dan kebutuhannya. Maka berkata kepadaku, “Mintalah!” Maka aku pun mengatakan, “Aku meminta agar aku bersamamu di surga.” Kemudian Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan, “Apakah engkau tidak meminta permintaan yang lain selain ini?” Maka aku pun mengatakan, “Aku hanya ingin permintaan ini.” Beliau pun mengatakan, “Maka bantulah aku untuk merealisasikan permintaan tersebut dengan engkau memperbanyak sujud kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (HR. Muslim)

Sahabat Rabi’ah bin Ka’ab Al-Aslami Radhiyallahu ‘Anhu adalah termasuk sahabat yang miskin dan beliau termasuk Ahlus Shuffah dari kaum Muhajirin. Dan beliau di antara orang-orang yang Allah ‘Azza wa Jalla muliakan dengan menjadi pelayan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Karena Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mempunyai pelayan-pelayan dari orang-orang merdeka dan budak. Dan sahabat Rabiah ini termasuk pembantu Rasulullah dari orang-orang yang merdeka. Mereka diberi kemuliaan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk melayani Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dan di antara pelayan Rasulullah dari orang-orang yang merdeka yaitu sahabat Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu.

Sahabat Rabi’ah bin Ka’ab Al-Aslami mengatakan, “Aku pernah bermalam bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Maka aku pun membawakan untuknya air wudhunya dan dan kebutuhannya.” Lalu kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan, “Silahkan minta kebutuhanmu.” Ini menunjukkan mulianya akhlak Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan baiknya ia bergaul dengan selainnya. Dan ini juga menunjukkan bahwasanya seorang memberikan balasan yang baik kepada orang yang berbuat baik kepadanya.

Perkataan sahabat Rabi’ah, “Maka aku mengatakan, ‘Aku meminta menjadi temanmu di surga.`” Beliau Radhiyallahu ‘Anhu tidak menginginkan sesuatu dari permintaan-permintaan dunia. Padahal beliau termasuk sahabat yang fakir, sahabat yang miskin. Akan tetapi permintaan beliau adalah permintaan yang sangat tinggi, permintaan yang sangat mulia, yaitu ingin menjadi teman Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di surga.

Perkataan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Tidakkah engkau meminta permintaan yang lain?” Sahabat Rabi’ah mengatakan, “Aku hanya menginginkan permintaan tersebut.” Yaitu aku tidak ingin meminta permintaan yang lain. Maka perhatikanlah semangat beliau yang sangat tinggi. Yaitu beliau hanya ingin menjadi teman Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di surga. Dan tentu ini tidak mengharuskan bahwasanya dia berada di derajat surga yang sama. Karena derajat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang akan ditempatkan beliau pada derajat tersebut tidak akan sampai seorang pun pada derajat tersebut karena derajat itu khusus untuk Nabi kita Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Maka bantulah aku atas dirimu untuk merealisasikan permintaanmu tersebut dengan memperbanyak sujud.” Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberikan petunjuk kepadanya untuk melakukan amalan yang terbaik. Tentu yang dimaksud dengan memperbanyak sujud di sini adalah sujud dalam shalat. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memotivasi dia untuk memperbanyak shalat. Yaitu Perbanyaklah shalatmu, shalat ke shalat berikutnya, memperbanyak shalat, memperbanyak sujud kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena yang dimaksud sujud di sini bukan sekedar sujud berulang-ulang. Akan tetapi yang dimaksud dengan sujud di sini yaitu memperbanyak shalat. Namun Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak mengatakan, “Bantulah aku atas dirimu dengan memperbanyak shalat” walaupun yang dimaksud adalah shalat. Akan tetapi Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan, “Perbanyaklah sujud”. Ini menunjukkan besarnya perkara sujud ini. Dan para ulama menjelaskan bahwasanya ada perbedaan atau khilaf yang sangat kuat antara amalan apakah yang paling afdhal dalam shalat, sujud atau berdiri dan membaca Al-Qur’an? Dan hal ini diceritakan oleh Imam Ibnul Qayyim dalam kitab beliau Zaadul ma’ad dalam pembahasan yang sangat bermanfaat. Kemudian di akhir pembahasan tersebut beliau menyebutkan pendapat Syaikhul  Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah bahwasanya antara sujud dan berdiri ini sama keutamaannya. Karena ketika seorang berdiri dalam shalat ia membaca surat Al-Fatihah juga surat-surat yang lain dan ketika sujud ia menundukkan diri kepada Allah ‘Azza wa Jalla.

Bantulah Aku Atas Dirimu

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan, “Maka bantulah aku atas dirimu.” Di sini ada isyarat bahwasanya jiwa seseorang mempunyai pengaruh besar terhadap dirinya. Karena jiwa seseorang diperlukan untuk bersungguh-sungguh, perlu untuk diperhatikan, karena jika tidak diperhatikan dan tidak ada kesungguhan ia akan lepas dan ia akan condong untuk malas dan melakukan sesuatu yang haram.

Maka diperlukan kesungguhan dalam hal ini. Dan Allah Ta’ala berfirman:

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا

Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh mencari keridhaan Kami maka sungguh Kami akan berikan petunjuk mereka kepada jalan-jalan Kami.” (QS. Al-Ankabut[29]: 69)

Dan juga sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

وَالْمُجَاهِدُ مَنْ جَاهَدَ نَفْسَهُ فِي طَاعَةِ اللهِ

“Dan orang yang berjihad sesungguhnya yaitu orang yang berjihad melawan hawa nafsunya untuk mentaati Allah ‘Azza wa Jalla.” (HR. Ahmad)

Maka barangsiapa yang menginginkan untuk dirinya keutamaan ketinggian derajat, hendaklah ia bersungguh-sungguh untuk mentaati Allah ‘Azza wa Jalla. Karena dengan bersungguh-sungguh dan continue bersungguh-sungguh, maka shalat yang berat ini akan menjadi perkara yang mudah bahkan menjadi penyejuk mata dan ketenangan seseorang.

Menggugurkan Dosa & Mengangkat Derajat

Penulis kitab ini Rahimahullah mengatakan: Dan sahabat Abu Hurairah meriwayatkan dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bahwasanya beliau bersabda:

مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ، ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مَنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ ، كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً ، وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً

“Barangsiapa yang bersuci di rumahnya kemudian berjalan menuju rumah-rumah Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban-kewajiban yang Allah wajibkan, maka setiap langkahnya akan menghapuskan kesalahannya dan langkahnya yang lain akan mengangkat derajat.” (HR. Muslim)

Sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Barangsiapa yang bersuci di rumahnya kemudian berjalan menuju rumah dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan kewajiban dari kewajiban-kewajiban yang Allah wajibkan.” Ini ada tiga amalan yang akan menghasilkan pahala yang besar:

1. Barangsiapa yang bersuci di rumahnya

Dan bersuci di rumah akan menghasilkan pahala yang besar. Karena dalam nash-nash yang sangat banyak sekali dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, seorang yang bersuci di rumahnya akan mendapatkan pahala yang banyak.

Dan di sini seorang yang bersuci di rumahnya, ketika ia keluar dari rumahnya, keluar dari tempat istirahatnya, tempat duduknya, padahal ia sedang bersama anak-anaknya, bersama keluarganya, dan dalam keadaan suci. Kemudian dia tidak keluar kecuali untuk shalat.

2. Berjalan Menuju Rumah Allah

“Kemudian ia berjalan menuju rumah dari rumah-rumah Allah Subhanahu wa Ta’ala (masjid)” Yaitu dengan berjalan kaki. Karena semakin banyak langkah ia ke masjid maka semakin besar pahala yang ia akan dapatkan. Karena dengan berjalan menuju masjid akan dicatatkan untuknya pahala yang besar. Maka seyogyanya bagi setiap orang untuk bersemangat dan antusias untuk memperbanyak langkahnya menuju masjid.

Di sini ada kisah yang sangat menakjubkan yang terdapat dalam kitab shahih Muslim. Diriwayatkan oleh sahabat Ubay bin Ka’ab Radhiyallahu ‘Anhu tentang seorang dari sahabat Anshar. Sahabat Ubay bin Ka’ab Radhiyallahu ‘Anhu mengatakan, “Ada seseorang yang aku tahu tidak ada orang yang rumahnya lebih jauh dari masjid daripada orang tersebut. Akan tetapi dia tidak pernah sekalipun ketinggalan shalat berjamaah. Maka aku pun berkata kepadanya, ‘Kenapa engkau tidak membeli keledai yang engkau tunggangi di kegelapan atau untuk membantumu dalam keadaan yang sangat panas?’ Maka orang tersebut menjawab, ‘Aku justru sangat senang bahkan tidak ingin rumahku berada di samping masjid. Karena aku ingin agar setiap langkahku ke masjid dicatat oleh Allah ‘Azza wa Jalla. Juga langkahku kembali ke rumahku dicatat oleh Allah ‘Azza wa Jalla.’ Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan:

قَدْ جَمَعَ اللَّهُ لَكَ ذَلِكَ كُلَّهُ

“Sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menuliskan semua pahala tersebut untuknya.” (HR. Muslim)

Ini semua menunjukkan besarnya semangat orang tersebut untuk memperbanyak langkah-langkahnya menuju masjid dan kembali dari masjid.

Juga diantara kisah yang menakjubkan di zaman ini yaitu ada orang tua cacat yang tidak mampu untuk berjalan ke masjid dengan kakinya karena saking tuanya. Akan tetapi meskipun dengan keadaan tersebut justru ia merangkak menuju masjid. Hal ini karena bersemangat untuk mendatangi shalat sampai kaki kaki dan lututnya luka-luka. Dan ia tidak ingin untuk mengendarai kendaraan. Maka terpaksa anak-anaknya membentangkan sajadah atau kain yang menghalangi kakinya dari rumahnya menuju masjid agar kakinya tidak luka-luka.

Sebaliknya, kita sangat sayangkan kita dapati banyak para pemuda yang kuat dan sehat akan tetapi kaki-kaki mereka tidak tergerak mendatangi rumah Allah. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala melindungi kita.

Ini menunjukkan kepada kita bahwasannya cacat yang sesungguhnya bukanlah cacat badan. Akan tapi cacat yang sesungguhnya adalah cacat hati.

3. Datang ke masjid untuk menunaikan kewajiban

Dan tidaklah seorang yang bertaqarrbub (mendekatkan diri) kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan satu perbuatan amalan yang lebih dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dari kewajiban yang Allah wajibkan. Sebagaimana dalam hadits Qudsi:

وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُهُ عَلَيْهِ

“Dan tidaklah hambaKu mendekat kepadaKu dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada hal-hal yang Aku wajibkan.” (HR. Bukhari)

Dan kewajiban-kewajiban yang Allah wajibkan yang ditunaikan di masjid adalah shalat lima waktu sehari semalam.

Sabda Rasul Shallallahu ‘Alaih wa Sallam:

كَانَتْ خُطُواتُهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً ، وَالأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً

“Dan langkah-langkah salah satunya akan menghapuskan dosanya dan yang lain akan mengangkat derajatnya.”

Ini menunjukkan bahwasanya langkah-langkah seorang menuju masjid mengumpulkan baginya dua kebaikan. Yang pertama akan menghapus dosa-dosa dan kesalahannya dan yang kedua akan mengangkat derajat.

Penulis kitab ini Rahimahullah mengatakan: Dan sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu meriwayatkan bahwasanya beliau mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

أَرَأَيْتُمْ لَوْ أَنَّ نَهَرًا بِبَابِ أَحَدِكُمْ يَغْتَسِلُ فِيهِ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسًا ، مَا تَقُولُ : ذَلِكَ يُبْقِي مِنْ دَرَنِهِ قَالُوا : لاَ يُبْقِي مِنْ دَرَنِهِ شَيْئًا ، قَالَ : فَذَلِكَ مِثْلُ الصَّلَوَاتِ الخَمْسِ ، يَمْحُو اللَّهُ بِهِ الخَطَايَا

“Bagaimana pendapat kalian jika ada sungai di pintu salah seorang di antara kalian dan ia mandi di sungai tersebut setiap hari 5 kali. Apakah akan tersisa sedikitpun dari kotoran di badannya? Para sahabat mengatakan, ‘Tidak akan tersisa sedikitpun Ya Rasulullah.’ Maka Rasulullah bersabda, ‘Hal itu seperti shalat lima waktu yang Allah hapuskan dengannya dosa-dosa.`” (Muttafaqun ‘alaih)

Ini menunjukkan besarnya keutamaan shalat. Dan ia akan menghapuskan dosa-dosa dan kesalahan. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberikan permisalan yang menunjukkan agungnya perkara shalat dan besarnya pengaruh shalat untuk menghapuskan dosa-dosa. Dan permisalannya seperti seorang laki-laki yang mempunyai sungai di depan pintu rumahnya. Dan setiap hari ia mandi di sungai tersebut lima kali sehari. Apakah dibayangkan tersisa kotoran di badan orang tersebut? Maka hal ini seperti keadaan seorang yang beriman dengan shalatnya dalam menghapuskan dosa-dosanya. Dalam riwayat yang lain beliau mengatakan, “Seperti sungai yang penuh air yang berada di pintu salah seorang di antara kalian dan ia mandi di sungai tersebut lima kali sehari. Maka tidak akan tersita kotoran di badannya sedikit pun.

Sabda beliau, “Hal itu seperti shalat lima waktu yang dengannya Allah akan menghapuskan dosa-dosa seseorang.”

Simak pada menit ke-36:17

Downlod MP3 Ceramah Agama Tentang Keutamaan Shalat


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/47762-keutamaan-shalat/